Faktanews.id - Forum Mahasiswa Ushuluddin Se-Indonesia (FORMADINA) Wilayah Jakarta-Banten mengecam tindakan tidak manusiawi terhadap Dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando pada 11 April 2022.
"Banyak yang berbicara soal Ketuhanan namun lupa akan kemanusiaan Gusdur. Rasanya apa yang dikatakan Gusdur saat itu sangat relevan dimasa sekarang, hal ini terbukti dengan kejadian tidak manusiawi terhadap Ade Armando. Pengeroyokan yang terjadi terhadap Ade Armando membawa-bawa nama agama, namun lupa akan kemanusiaan,” ujar koordinator (FORMADINA) Wilayah Jakarta-Banten Luthfi Ahmad Rosyidin melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/4/2022).
Terleps dengan segala kontroversi yang dilakukan oleh Ade Armando, Luthfi mengatakan rasanya tidaklah menjadi alasan atas segala sesuatu yang menimpa saat ini. Bahkan saat kejadian ada oknum hingga berteriak "halal darahnya". Apapun alasannya kekerasan yang tidak manusiawi bukanlah hal yang dibenarkan.
“Kronologinya adalah Ade dalam aksi demo tersebut untuk ikut mendukung penolakan penundaan Pemilu. Namun ia tidak menyangka atas adanya penyusup yang disebutnya kerap membawa nama agama untuk menyelamatkan demokrasi,” katanya.
Menurut Luthfi, pihak yang melakukan penyerangan terhadap Ade menjadi bukti preman-preman intoleran, radikal dan garis keras yang selama ini mempolitisasi agama. Alih-alih menyelamatkan demokrasi, justru kelompok penyerang Ade lah yang malah merusak demokrasi.
“Pengeroyokan terjadi ditengah masa aksi oleh oknum, sementara mahasiswa mencoba memisahkan,” tukasnya dia.
Disebutkan Luthfi, aksi pengeroyokan kepada Ade Armando itu penuh kebencian. Dia menyebutkan hal itu mirip pengeroyokan supporter Persija Haringga Sirla yang mati dikeroyok dulu.
“Para pengeroyok malah kumandangkan nama Tuhan untuk melampiaskan kebenciannya pada seseorang,” sebut Luthfiz
Hal yang sama disampaika. Ketua Departemen Advokasi Formadina Jakarta-Banten, Dita Safira. Menurut dia, ruang demokrasi yang seharusnya difungsikan secara bijak dengan upaya-upaya de-legitimasi terhadap segala bentuk kebijakan yang tidak berafiliasi terhadap rakyat, malah dicemarkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Kekhawatiran kami sebagai insan intelektual adalah timbul stigma negatif terhadap mahasiswa yang melakukan unjuk rasa padahal spirit mereka turun ke jalan adalah bentuk ikhtiar politik menuju stabilnya demokrasi.” Katanya.
Apapun alasannya tindakan kekerasan tidak manusiawi seperti ini tidak dibenarkan. Ini menjadi tindakan yang mencederai demokrasi dengan mempolitisasi agama dan mengenyampingkan rasa kemanusiaan.
Maka, dengan tegas Formadina Jakarta-Banten menuntut pihak berwenang untuk mengusut tuntas permasalahan yang sedang beredar ini dan mengadili semua oknum yang terlibat didalamnya dengan seadil-adilnya. (FIK)