-->
    |

Ini Lho, Maleficient... Sosok Ibu Pengasih dan Penyayang

Faktanews.id – Tersebutlah sosok bernama Maleficient. Lahir dan tumbuh di Negeri Moor. Wujudnya bersayap besar. Nuansa gelap mendominasi busana yang membungkus sekujur tubuhnya.

Ia berkulit pucat dengan tulang pipi menonjol. Agak mengerikan: dua tanduk kokoh menjulang dari dalam kepalanya.

Berbeda dengan yang terkesan dari tampak wujudnya, sesungguhnya ia berperasa lembut.

Sehari-hari sepanjang hidupnya, Maleficient menjalani panggilan jiwanya sebagai penjaga seluruh Negeri Moor menjadi rukun, tenteram dan damai.

Tetapi banyak orang salah mengerti tentangnya. Semata lantaran penampilannya menimbulkan praduga dan fitnah serta kebencian berkelindan melingkupinya.
 
Alkisah, suatu hari datanglah di Negeri Moor seorang remaja pria. Stefan, namanya. Dari negeri yang berbeda.
Mereka bertemu. Berkenalan. Menjalin pertemanan. Kian lama makin dekat. Kemudian membuncah jalinan asmara antara Maleficent dengan Stefan.

Di balik hembusan cinta, Stefan ternyata menyimpan maksud terselubung. Sebenarnya ia adalah pelayan Raja Henry dari Kerajaan Manusia. Stefan tahu rajanya berhasrat merebut Negeri Moor.

Missi Stefan menjalin hubungan dengan penjaga Negeri Moor, ada udang di balik cinta: agar mudah mencuri permata dan sayap besar Maleficient. Bila berhasil, rajanya tak terhalang lagi mencaplok Negeri Moor.

Diam-diam belia ganteng itu membius Maleficient. Dan mencuri kedua sayapnya. Kemudian menyerahkan sayap kekasihnya kepada raja.

Menyadari sang kekasih telah mengkhianatinya, Maleficient pun sakit hati. Terbenam dalam lara. Luka. Api cintanya padam. Punah. Hampa, tak tersisa apapun di hatinya.

Ketika Raja Henry mangkat, Stefan sang pelayan lah yang mengambil posisi menggantikannya sebagai raja.
Maleficient mengutuk anak perempuan mantan belahan jiwanya. 

Putri Aurora tertusuk jarum pemintal dan akan tertidur selamanya sejak hari ulang tahunnya yang ke-16. Hanya ciuman dari seseorang yang tulus mencintainya yang mampu membangunkan dari tidur panjang.

Kutukan itu kemudian menjadi kenyataan.

Dasar berkarakter tulus dan berperasa lembut, di balik wujudnya yang bertanduk, Maleficient yang selalu berada di dekat Aurora hanya untuk memastikan kutukannya terwujud di usia 16 sang putri, malah berbalik menyelamatkan Aurora.

Laksana panggilan jiwa sejati seorang ibu, ia rela melakukan segalanya demi keselamatan anak Stefan.

LukahatidanbaradendamMaleficentkarenakhianat Stefan, justrumenjadiluntur. Sirna. Berubah menjadi kasih sayang seorang ibu pada Aurora.

Maleficient mencari dan membawa Philip, yang selama ini menjalin cinta dengan anak Stefan. Lelaki itu mencium kening Aurora. Tapi kutukan itu tak jua berakhir.

Dalam keadaan putus asa dan berlinang air mata, Maleficient membatin. Sukmanya bicara....

"Aku telah jauh tersesat... Dalam kebencian dan balas dendam.... Tapi kamu, Aurora, mampu mencuri yang masih tersisa di hatiku. Dan sekarang aku tak ingin kehilanganmu selamanya."

"Tidak satu hari pun akan berlalu tanpa aku tidak merindukan senyummu”

Kemudian Dark Fey alias Maleficient mengecup lembut kening Putri Aurora.
Dan Sang Putri pun terbangun.....

“Kamu telah mengawasiku sepanjang hidupku," ujar lirih Aurora kepada Maleficient.

"Aku selalu tahu kamu dekat....Bayanganmu, mengikutiku sejak aku masih kecil. ...Ke manapun aku pergi... bayanganmu selalu bersamaku," terbata-bata Aurora meluapkan bahagianya.

Itulah sekelumit kisah dari film tentang Maleficient, peri dengan kepala bertanduk.

Ada apa Yenny Wahid dengan Maleficient?

Dua pekan terakhir beredar di ranah media sosial banyak silang pendapat keliru-paham berkenaan dengan busana Yenny Wahid ala Maleficient. Kostum hitam bertanduk itu ia kenakan memenuhi permintaan kompak anak-anaknya dalam momen perayaan hari lahirnya yang ke-47 pada 29 Oktober 2021 lalu.

Ditanya komentarnya tentang perundungan yang terjadi, Magister Studi Filsafat Islam, Muhammad Natsir MA, menjelaskan bahwa pemahaman, persepsi dan pemaknaan pada sosok Maleficient (dalam film diperankan Angelina Jolie), sebenarnya dapat dimaknai sebagai beberapa pesan.
Begitu pula terhadap karakter tokoh Stefan, sosok pelayan culas jadi raja melalui berbagai siasat itu.

Di balik perkisahan film itu, menurut alumnus Islamic College for Advanced Studies (ICAS)-Paramadina ini, terdapat pesan yang mengingatkan kita tentang esensi moralitas abadi dari sosok ibu: ketulusan, sifat pengasih dan penyayang tanpa syarat.

Dengan karakter sosok Ibu pada tokoh Peri Maleficient penjaga Negeri Moor itu, kata Natsir, menyadarkan kita betapa kaum perempuan memiliki modal dasar untuk bersama-sama merawat keIndonesiaan kita.

"Kita semua mari sama-sama belajar untuk melihat dan memaknai sesuatu tidak melulu dari tampak luarnya saja," lanjutnya. 

"Yang terlihat tidak selalu esensi yang sebenarnya. Ada pepatah populernya, don’t judge the book by its cover," kata magister dengan tesis tentang manusia dalam prespektif Murtadho Muthahhari — studi kasus kebebasan John Stuart Mill.

Muhanmad Natsir MA kemudian menyoroti tokoh Stefan, pelayan Raja Henry. 

"Stefan tipikal Machiavellias. Apapun cara halal baginya semata demi meraih kuasa," ungkapnya.

Menyimak peran tokoh Stefan dalam dua sekuel film yang dirilis 2019 itu, menurut dia, mengingatkan kita sebagai bangsa bahwa dalam penyelenggaran politik kenegaraan selalu ada manusia yang tidak memedulikan lagi moralitas dan etika politik. 

"Kita sebut saja mereka tipikal Stefan," ujarnya lalu tertawa.
 
“Yang bilang Maleficient itu sosok jahat berarti belum nonton dua sekuel filmnya. Semoga sempat menonton dan jadi paham,” pungkas Natsir. (RTH)
Komentar Anda

Berita Terkini