-->
    |

Renungan Sumpah Pemuda: Syahganda Gelorakan Semangat Menghentikan Kekuasaan Oligarki

Faktanews.id - Penggagas Perhimpunan Menemukan Kembali Indonesia (PMKI) Syahganda Nainggolan dengan lantang menyuarakan penolakan terhadap oligarki. Dia tidak rela oligarki terus berkuasa di negara ini. 

Hal tersebut disampaikan Syahganda saat menjadi pembicara pada renungan Sumpah Pemuda ke-93 di Tentative Cafe, Jakarta Selatan, Kamis (28/10/2021). 

"Imajinasi Indonesia harus lepas dari oligarki. Oligarki ini harus dihentikan," cetus Syahganda disambut tepuk tangan meriah kalangan aktivis lintas generasi. 

Syahganda berharap forum bersama tokoh-tokoh nasional dan puluhan aktivis lintas generasi dalam renungan Sumpah Pemuda ini menemukan resolusi, untuk mengeluarkan Indonesia dari kekuatan politik oligaki.

"Harapan saya resolusi untuk kita adalah oligarki harus dihentikan," tegasnya.

Selain itu, Syahganda juga berharap tokoh-tokoh nasional dalam forum tersebut memiliki semangat yang sama dengan mahasiswa yang melakukan demonstrasi di Istana Negara. Disebutkan, aktivis senior dan mahasiswa menginginkan Indonesia lebih egaliter. 

"Saya harap semua spiritnya sama ya. Mahasiswa itu kan memang harus ke jalan, sementara senior ini  berpikir. Jadi kita di sini merumuskan adanya sebuah resolusi agar Indonesia ini lebih egaliter, Jangan sampai oligarki itu berkuasa terus," katanya. 

Yang bisa menghadang oligarki berkuasa, menurut Syahganda adalah kolompok  egaliter dengan segala sudut pandang dan rumusannya. Tanpa menafikan mahasiswa, Syahganda lebih cenderung setuju mahasiswa turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi.

"Itu kan hanya bisa dirumuskan orang yang berpikir secara dalam. Mahasiswa kita hormati berpikir juga, tapi mereka adalah anak-anak muda yang memang harus aksi," tandasnya.

Menurut Syahganda, masih ada waktu yang cukup untuk menghentikan oligarki bercokol di kekuasaan. Syahganda berharap kolompok egaliter yang anti oligarki siap berjuang secara konstitusional. Cara-cara yang konstitusional yang dimaksud Syahganda adalah pergantian presiden melalui Pemilu. 

"Itu kan semuanya (pergantian presiden) adalah kompetisi antara kita dengan oligarki, siapa yang lebih kuat. Kita masih punya waktu, Mudahan-mudahan kita lebih kuat dari mahluk oligarki untuk membuat indonesia sesuai dengan cita-cita founding fathers kita bahwa Indonesia ini adalah masyarakat yang menghargai peradaban kemanusiaan bukan kapitalisme, materialisme dan lain-lain," tegas Syahanda. 

Hal senada disampaikan penggagas lainnya, Raslina Rasidin. Dimana judul yang sama ditemukan bahwa dengan momentum Sumpah Pemuda, ditemukan kembali Indonesia. 

"Saya sangat hargai niat dari lahirnya diskusi ini. Di mana tidak ada yang takut demi memulihkan kepentingan bangsa. Saya bersyukur forum ini terbentuk oleh partisipasi tokoh-tokoh yang merupakan senior saya," ungkapnya.

Raslina mengaku sangat bersyukur forum lahir dari keberanian berbicara fakta, dan kemudian dilanjutkan untuk bertindak dan berbuat demi kepentingan bangsa.

"Kita mencoba untuk berbicara dan memberanikan diri untuk berbuat. Kita yakin Indonesia ke depan bisa lebih baik lagi," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Renungan Sumpah Pemuda, Andrianto SIP, senang acara Renungan Sumpah Pemuda ke-93 ini berjalan tanpa kendali.  Dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi atas kesuksesan acara tersebut. 

“Alhamdulilah acara kita ini berjalan sukses banyak tokoh-tokoh nasional yang hadir. Ini semacam refleksi, renungan dan kontemplasi bagi kita untuk menemukan jalannya Indonesia yang sesuai dengan cita-cita founding fathers kita," ucap Andrianto.

Hadir pada kesempatan itu,  Moh. Jumhur Hidayat, Akbar Faisal, Faisal Basri, Said Didu, Adhie Massardi, Rocky Gerung, Bambang “Beathor” Suryadi, Tamsil Linrung.

Kemudian, ada juga pakar hukum tata negara Refly Harun, Tamsil Linrung, Ferry Juliantono,  dan puluhan aktivis kepemudaan dan mahasiswa lainnya. (MIF)


Komentar Anda

Berita Terkini