PDIP sadar btul basis sukarnois masih besar. Dan itu hanya Puan yang punya darah biru. Apalgi Puan sudah mentas di nasional,” ujar Andrianto saat dihubungi, Minggu (17/10/2021).
Puan dan Ganjar diketahui sama-sama kader PDI-P. Namun demikian, kata Andrianto, pengalaman Puan, sebagai tokoh nasional dan diusung sebagai Capres lebih berpeluang.
“Sebagai mantan Menko PMK dan sekarang Ketua DPR. Sedangkan Sedang Ganjar masih episentrum lokal,” katanya.
Menurut Andrianto, modal Ganjar sebagai Gubernur Jateng tidak cukup untuk diusung sebagai calon orang nomor satu di Indonesia. Menurutnya, jangan bandingkan modal Ganjar dengan Jokowi
“Sebagai Gubernur Jateng jangan di bandingkan sama Jokowi dulu karena DKI itu selevel nasional,” tukasnaya.
Lebih lanjut, Andrianto menambahkan Ganjar memang didukung kekuatan besar yang sedang berkuasa. Itu, kata Andirianto, terlihat dari besarnya supporting yang buat seolah Ganjar tokoh capres yang ratingnya selalu 3 besar.
“Kekuatan besar inilah yang inginkan Ganjar meneruskan rezim hari ini, Sehingga jika Jokowi gagal lanjut, project besar seperti Ibu kota baru dan Kerta cepat Jakarta-Bandung tetep berlanjut,” tambah Andrianto.
Hanya saja, kata Andrianto, kekuatan besar yang mendukung Ganjar menjadi Capres tidak menjadi menjadi jaminan bagi Ganjar diusung PDI-P selama masih ada Puan Maharani.
“Bilapun dicalonkan Partai diluar PDI-P yah bisa saja. Tapi Ganjar bisa dianggap tidak loyal. Ingat saja untuk Pilkada Jateng lalu nyaris kalah,” tegasnya.
Selain itu, Andrianto juga meminta Partai Gerinda tidak mengusung Prabowo Subinto lagi sebagai Capres. Gerindra, kata dia, sebaiknya mengusung figur baru yang fresh sesuai era dan zaman. Prabowo disarankan menjadi king makers
“Prabowo khan terbukti sukses jd king makers. Akan terhormat bila dukung figur lain. Jangan ojo rumongso. Kesannya Prabowo ngebet dan ambisius banget,” papar Andrianto.
Andrianto menyampaikan alasan kenapa Gerindra perlu mengusung Capres figur baru, karena Pilpres 2019 hanya ada dua pasangan Capres, yakni Prabowo-Sandi dan Jokowi Ma’ruf Amin.
Dan perolehan suara Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 tersebut, menurut Andrianto, bukan mudal bagi Prabowo menjadi Capres 2024z
“Pilpres lalu dapat suara besar karena publik tidak punya pilihan lain. Sesungguhnya publik tidak suka dengan Jokowi. Nah besok kan Jokowi tidak ikut Pilpres. Jadi bacaannya Prabwo cuman punya modal 4 % saja seperti suara Gerindra dalam pemilu 2009. Jadi figur yang harus di endorse Gerindra bisa Sandi, Anies Baswedan, Rizal Ramli dan Gatot Nurmantyo,” tutup Andrianto. (MIF)