(Dirjen Dukcapil Prof. Zudan Arif Fakrulloh menyampaikan kerja kerasnya hingga berhasil |
Faktanews.id - Menjabat sebagai Dirjen Dukcapil Kemendagri, Ketua Umum Korpri, Pj Gubernur, Pemegang Sabuk Hitam Karate FKTI, hingga Professor Bidang Hukum termuda di Indonesia. Itulah sebagian dari prestasi dari seseorang bernama Prof. Zudan Arif Fakrulloh.
Jalan hidup yang ditempuh seorang kelahiran asal Sleman dari keluarga sederhana dengan 9 bersaudara itu patut dicontoh dan diambil hikmahnya. Menurut Ketua Dewan Pengawas IABIE, Oni Bintoro, sosok Prof. Zudan bahkan dapat digolongkan sebagai tokoh nasional sehingga sepak-terjangnya patut dipelajari.
Meski tergolong sangat cepat dan mulus dalam berkarir, yang terhitung dapat menjabat sebagai eselon 1 dalam waktu kurang lebih 14 tahun saja menjadi ASN di Kementerian Dalam Negeri, siapa sangka ternyata Prof. Zudan juga kerap mengalami kegagalan.
“Orang-orang nampaknya melihat saya seolah selalu berhasil. Padahal, saya juga sering mengalami kegagalan. Dari 15 kali melamar pekerjaan di swasta dan menjad PNS, hanya 3 kali saya berhasil diterima,” ujar Zudan di acara Podcast Kebangkitan Kembali Sains & Teknologi Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045, Channel Youtube IABIE, Minggu (22/08/2021).
“Dari 3 kali itu, satu saya diterima sebagai dosen, kedua saya diterima di Kementerian Keuangan namun saya keluar karena tidak kerasan, ketiga saya diterima di Kemendagri sampai saat ini,” rinci Zudan.
Dalam berikhtiar, lanjut Zudan, salah satu sifat penting adalah sifat untuk tidak mudah menyerah. “Teruslah mencoba. Bila dianalogikan sebagai sepak bola, biar lah sepuluh kali menendang semuanya gagal, mudah-mudahan yang kesebelas bisa berhasil gol,” kata Zudan.
Dalam hal ini, Zudan nampaknya mirip dengan salah satu pesepak bola terbaik dalam sejarah, yakni Cristiano Ronaldo atau yang lebih dikenal sebagai CR7. Berbagai buletin sepak bola menyatakan bahwa CR7 menerapkan mental ‘sales man’ yang terlihat dari rasio tendangan terhadap golnya yang timpang jauh.
Selain tidak mudah menyerah, Zudan juga menekankan pentingnya sikap hormat kepada orang tua. Bagi Zudan, ada 4 jenis orang tua dalam hidupnya, yaitu orang tua kandung, mertua, guru, dan pimpinan di kantor.
“Kalau bertemu guru di jalan, saya selalu menghampiri dan mencium tangannya sebagai bentuk takzim karena telah banyak menasehati saya,” ujar Zudan.
“4 orang tua tersebut semuanya saya hormati dan saya mentaatinya, kecuali bila tidak menuntun pada perbuatan yang bisa mengkafirkan, dan/atau melanggar hukum,” tutupnya. (FIK)