-->
    |

Momentum Restrukturisasi Ekonomi

Faktanews.id - Meski terdapat perdebatan Indonesia sudah resesi atau belum, faktanya kondisi ekonomi terasa sulit. Kesulitan dirasakan oleh hampir seluruh kalangan, terutama yang kena PHK dan tidak memiliki saving.

Pandemi Covid-19 menjadi dalih mengapa krisis terjadi. Namun, sejauh yang penulis rasakan selaku pebisnis, economic slowdown sudah terasa sejak 2019, sebelum pandemi. Sehingga penyebab krisis (atau sudah resesi, menurut beberapa pengamat), lebih dari sekedar pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 juga bukan sekedar isu kesehatan (global), melainkan bagian dari episode konflik antara dua raksasa global: Amerika Serikat dan China. Bila ini benar, maka dimensi permasalahan yang di hadapi lebih kompleks. Ekonomi Indonesia berhadapan dengan tiga faktor sekaligus: pandemi Covid-19, kelemahan/kekeliruan struktur ekonomi Indonesia itu sendiri, dan dinamika geopolitik-geoekonomi global.

Meski sulit, pandangan optimistik harus tetap dijaga. Karena selalu ada peluang dibalik krisis/kesulitan. Satu hal penting dari global economic slowdown ini adalah deglobalisasi, dimana setiap negara sibuk dengan urusannya masing-masing. Oleh karena itu, ini adalah momentum bagi Indonesia melihat lebih ke dalam dirinya sendiri dan menentukan langkah-langkah yang lebih strategis dan mendasar, tanpa perlu khawatir di-complain negara lain. Semua negara dihadapkan pada tantangan survival of the nation yang nyata.

Secara mindset, pikiran kita harus pro aktif, bukan reaktif melihat situasi ini. Ketiga faktor di atas harus dilihat secara detail dan menyeluruh sehingga terbentuk analisa kausalitas dan rumusan solutif yang tepat. Dengan demikian, diharapkan langkah yang ditempuh bukan saja untuk mengatasi kesulitan saat ini, bersifat jangka pendek, melainkan agar kita melompat lebih tinggi.

Momentum ini harus dimanfaatkan untuk merestrukturisasi sistem ekonomi Indonesia agar lebih menjanjikan untuk mencapai dua indikator penting sila kelima Pancasila: kemakmuran (tingkat pendapatan tinggi) dan keadilan sosial (pemerataan ekonomi dan kebahagiaan). Fairly, saat ini sistem ekonomi kita terlihat menjauh dari dua indikator di atas, karena kita cenderung terjebak menjadi middle income country dan memiliki kesenjangan sosial-ekonomi tinggi.

Sebelum terlambat, kita harus bertekad keluar dari dua masalah besar itu. Caranya? pertama, lakukan diagnosa ekonomi dan sosial secara menyeluruh. Kita perlu potret kondisi ekonomi dan sosial yang lebih utuh dan detail, dari hulu ke hilir dan melingkupi seluruh aktifitas sosial-ekonomi. Data dan protret utuh sangat dibutuhkan untuk mengambil langkah yang tepat-akurat.

Kedua, kita harus memutuskan dan bertekad menjadi negara produsen. Menjadi negara produsen berarti menjadi negara yang mampu memproduksi barang-barang bagi kebutuhannya sendiri dan juga mampu menjadi bagian penting global supply chain. Dengan kata lain menjadi negara industri.

Tentu tidak perlu semua barang kita produksi sendiri, tapi kita harus mampu memproduksi barang-barang kebutuhan pokok. Serta memproduksi produk tertentu untuk pasar global yang akan membuat global tergantung pada made in Indonesia.

Perlu kajian lebih mendalam untuk memilih jenis industri utama yang akan dibangun secara all out. Sekilas penulis berpendapat industri yang harus dibangun berbasis tiga kekuatan geografis Indonesia, yakni industri agro, industri maritim, dan industri berbasis mineral (langka). Ketiga industri ini diharapkan menjadi trigger bagi tumbuhnya industri lain.

Tantangan mewujudkannya datang dari ketersediaan SDM handal, teknologi, dan finansial. Pemerintah harus berani membuat terobosan dan berinvestasi besar pada tiga hal itu. Semoga kita mampu mewujudkannya. Dirgahayu RI ke-75, Merdeka!

Oleh: Arip Musthopa

Pendiri Opinia

Komentar Anda

Berita Terkini