-->
    |

Performative Uterence

Faktanews.id - J.J. Austin mengenalkan istilah "ujaran performative", atau performative uterence. Filosof linguistik kenamaan ini menjelaskan istilah tersebut sebagai "ujaran yang melakukan tindakan yang ditandakannya". Dia mencontohkan misalnya: ketika sepasang pengantin melakukan ijab qabul  dalam suatu pernikahan dengan mengatakan "aku bersedia", "aku terima", atau ketika seseorang mengucapkan "terima kasih" atas pemberian seseorang, maka ucapan tersebut bukan sekedar ucapan, tapi juga sekaligus tindakan yang mewujudkan suatu perbuatan dalam sebuah peristiwa.

Di dalam Al-Quran, Allah berfirman; ketika Aku hendak menjadikan sesuatu, maka cukuplah Aku mengatakan "Kun" (jadi) maka jadilah sesuatu itu. Dapat dikatakan bahwa "kun" bukan sekedar ucapan Allah, namun juga adalah tindakan Allah. Dengan demikian Allah menggunakan apa oleh Austin disebut sebagai performative uterence.

Ketika misalnya kita membaca Surah Yunus (10) kita dapati surah ini di awali dengan ayat "Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Kitab yang penuh hikmah".

Hikmah atau kebijaksaan, atau shopia, adalah qalam Ilahi yang bersifat performative uterence. Sesuai antara apa yang dikatakan dengan realitas yang diucapkan.

Maka ketika Allah berfirman, semua itu bukan sebatas ucapan, namun juga sekaligus adalah realitas. Sehingga di sebut sebagai haqq (kebenaran). Ketika Allah mengatakan; "Hanya kepada-Nya kamu semua kembali" (Surah Yunus ayat 4), sesungguhnya itu sedang berlangsung, di mana kita dan semua yang berasal dari Allah sedang bergerak kembali kepada-Nya. Innahu yabdau khalqa (itulah janji Allah yang benar dan pasti).

Masalah performative uterence ini, sangat krusial dalam kehidupan manusia. Orang-orang misalnya sedang bersemangat menyebut kata new normal, tapi tidak ada new sebagai sebuah tindakan. Tidak ada normal sebagai suatu tindakan.

Oleh: Hasanuddin
(Penulis tinggal di Depok, Jawa Barat)
Komentar Anda

Berita Terkini