-->
    |

Sudah Beri Saran Cara Perangi Covid-19 ke Pemerintah, Yusril Disebut Sosok Negarawan Sejati

Faktanews.id - Sumbangsih pemikiran, saran, kritik dan alternatif solusi yang diberikan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra kepada pemerintah dalam penanganan pandemi wabah virus corona mendapat apresiasi, kendati pemirikan Yusril itu tidak direalisasikan oleh pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Peneliti dari The Madina Institute, Mohammad Masduki Thoha Yusril merupakan sosok negarawan sejati karena kerap memberikan sumbangsih pemikiran dan saran kepada pemerintah dalam menghadapi wabah covid-19 ini. Diketahui, Yusril mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak mengambil opsi karantina wilayah sesuai undang-undang nomor 6 tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan untuk mengatasi covid 19. Justru pemerintah mengambil opsi penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) dalam memerangi virus dari Wuhan, China tersebut.

"Dalam situasi perang memghadapi covid-19 ini saya tertarik kepada sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Prof. Yusril Ihza Mahendra (Yim), seorang begawan hukum Indonesia," ujar Masduki dikutip dari akun Facebooknya, Sabtu (4/4/2020).

Menurut Masduki, sejak virus corona ini menjalar ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, Yusril adalah tokoh yang paling produktif menyampaikan pemikiran, pandangan, saran, masukan bahkan kritik kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan. Itu disampaikan Yusril melalui tulisan di berbagai media massa. Sumbangsih pemikiran dan kritik yang disampaikan Yusril juga disertai alternatif solusi dalam memerangi covid-19.

"Hampir setiap hari kita membaca pandangan-pandangannya di media. Mulai dari pemikirannya yang filosofis dan religius, hingga saran-saran taktis dan kritik-kritik keras, santun dan solutif," katanya.

"Saya-dan kita-]aham dengan cara yang ditempuhnya. Semua karena rasa cinta kepada bangsa dan negara yang sedang menghadapi bahaya. Posisinya yang sedang diluar lingkar kekuasaan menjadi tidak mudah mengungkapkan rasa cinta kepada bangsa dan negara," tukas Masduki.

Disebutkan Masduki, kali terakhir Yusril menyampakkan saran, kritik dan alternatif solusi kepada pemerintag pada 1 April 2020, dimana pada saaat itu Jokowi sebagai kepala negara mengambil keputusan opsi PSBB dalam menghadapi wabah virus yang dapat mematikan manusia ini.

"Jalan yang diputuskan presiden berbeda dengan yang diteriakkan Yim. Yim lebih merekomendasi Lockdown atau Karantina Wilayah, presiden memilih PSBB. Walaupun mengandung kesamaan, tetapi sangat jauh berbeda," tandas Masduki.

Kemungkinan Yusril kecewa atas opsi yang diterapkan Jokowi itu. Namun Yusril tidak marah. Kebijakan PSBB yang ditempuh Jokowi juga tak membuat Yusril berhenti menyuarakan pemikirannya dalam melawan covid-19.

"Tulisan terakhir Yim setelah presiden mengumumkan keputusannya, berjudul "Bisakah PSBB menghadapi Virus Corona?"

Pada alinea terakhir tulis Yusril, menurut Masduki, Yusril memaparkan, "Karena itu selama masa penerapan PSBB ini, saya sarankan agar Pemerintah mulai bersiap-siap menghadapi risiko terburuk kalau akhirnya tidak punya pilihan lain menghadapi wabah virus Corona, kecuali memilih menerapkan Karantina Wilayah, jika pandemi ini ternyata tidak mampu dihadapi dengan PSBB".

"Kalimat tersebut berupa warning sekaligus jalan menuju solusi. Dan sampai hari ini kita belum membaca lagi tulisan Yim terkait hal tersebut," papar Masduki.

Masduki mengatakan pemikirian Yusril yang disampaikan kepada pemerintah tersebut cukup berharga, karena Yusril menyumbangkan pemikirannya sebelum Jokowi mengambil keputusan penerapan PSBB.

"Selama Presiden Jokowi sebagai pemimpin belum memgambil keputusan, Yim sekuat tenaga dan pikiran menyampaikan semua hal yg dianggap benar dan baik. Tak peduli dia dipuji atau dimaki. Tetapi ketika presiden telah mengambil keputusan, walaupun hal itu tidak sesuai dengan pemikirannya, Yim diam. Keputusan pemimpin negara harus dihargai dan dihormati. Jangan dirongrong. Harus didukung. Setidaknya, diam. Inilah pelajaran yang sangat tinggi nilainya dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara," katanya.

Masduki meyakini saat ini Yusril adalah orang yang paling tenang dan lega. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Bebannya telah ditumpahkan. Tugasnya telah ditunaikan. Usahanya telah dijalankan. Tinggal bertawakkal kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun, Yim tidak lantas berleha-leha. Pikiran dan hatinya pasti terus diperas untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi beberapa waktu kedepan. Hari-hari pasti diamatinya dengan cermat.

"Seandainya kita mampu meniru sikap dan caranya dalam berbangsa dan bernegara, sepertinya bangsa ini akan lebih cepat dewasa. Saya merasa kita memang patut berguru kepadanya, sang negarawan sejati," katanya.

Masduki berharap wabah covid-19 lenyap dari bumi sehingga mayarakat bisa tenang dan beraktifitas kembali secara normal karena covid-19 sudah mengobrak-abrik perasaan manusia dan bangsa Indonesia. Rasa aman dan rasa saling percaya seolah rontok dalam sekejap.

"Luka akibat Pilpres 2019 yang sudah mulai sembuh, seperti teriris kembali. Covid-19 ternyata tidak hanya sekedar virus yang menginveksi tubuh, tetapi juga perasaan dan batiniah kita," katanya.

Menurut dia, wabah covid-19 ini harus dihadapi dan dilawan secara bersama karena wabah ini cukup membayahayakan masa depan Indonesia.

"Saya hanya akan fokus pada satu titik: bagaimana kita membangun pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam menghadapi setiap persoalan bersama yang datang. Hal ini penting, sebab seringkali sikap kita dalam menghadapi masalah justeru jauh lebih berbahaya ketimbang masalahnya itu sendiri," katanya. (RF)
Komentar Anda

Berita Terkini