-->
    |

Humanisme Agama-Agama Menurut Harari

Faktanews.id - Harari di dalam bukunya, Sapiens (2017), menyebut agama-agama Humanis, atas tiga jenis, sebagai bentuk pemujaan kepada kemanusiaan.

Pertama; Humanisme Liberal dengan ciri khasnya; "Kemanusiaan yang bersifat individualistik dan bersenyam di setiap individu homo sapiens. Perintah tertingginya adalah melindungi inti dan kebebasan individu setiap sapiens.

Kedua, humanisme sosialis dengan ciri khasnya; "Kemanusiaan bersifat kolektif dan bersemayam di dalam species homo sapiens sebagai keseluruhan. Perintah tertingginya adalah melindungi kesetaraan spesies homo sapiens.

Ketiga Humanisme Evolusioner dengan cirinya; "Kemanusiaan adalah species yang bisa bermutasi. Manusia bisa berdegenerasi menjadi submanusia ataupun berevolusi menjadi adimanusia.

Humanisme liberal, tidak membantah keberadaan Tuhan, dan bahkan (manurut Hariri) paham ini didirikan diatas landasan kepercayaan monoteistik.

Sementara humanisme liberal mencari kebebasan individu, humanisme sosialis mengejar kesetaraan antara semua manusia. Menurut kalangan sosialis, ketidaksetaraan merupakan penistaan paling buruk terhadap kesakralan manusia, karena ketidaksetaraan meninggikan sifat-sifat sampingan manusia melebihi esensi universal. Misalnya orang kaya ditinggikan melebihi orang miskin, itu berarti menghargai uang melebihi esensi universal semua manusia, yang sama bagi orang kaya maupun orang miskin.  Namun keduanya dibangun diatas landasan monoteistik.

Lanjut Harari, gagasan bahwa semua manusia setara adalah versi baru pengakuan monotheistik bahwa semua jiwa setara di hadapan Tuhan.

Di luar dari kedua hal diatas, satu-satunya yang terlepas dari paham monotheistik tradisional adalah humanisme evolusioner, yang wakil paling terkenalnya adalah Nazi. Nazi percaya bahwa umat manusia bukanlah sesuatu yang bersifat universal dan kekal, melainkan spesies yang dapat berubah, baik itu berevolusi ataupun berdegernasi--menjadi adimanusia, atau submanusia.

Bagaimana dengan perspektif Islam. ? Ketiga tipologi diatas dapat kita temukan dalilnya dalam Al-Quran. Namun penggambaran akan hal itu akan kita temukan pada ayat-ayat tentang sebelum manusia hadir di alam syahada, dimana setiap manusia diikat oleh sebuah kontrak yang bersifat primordial, individualistik alastu birabbikum, qalu bala syahidna. Dan yang kedua pada Hari Kebangkitan tercermin dari adanya tanggungjawab setiap individu untuk bertanggungjawa atas perbuatannya masing-masing.

Sementara itu, humanisme sosial sangat ditekankan Al-Quran dalam fase kehidupan didunia. Misalnya dikatakan sebaik-sebaik manusia (di dunia ini) adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.

Melalui kesadaran monoteisitik yang bersifat individual setiap orang adalah hamba Allah. Dan melalui kesadaran eksistensial itulah manusia yang satu dengan manusia yang lain membangun saling percaya, dan kerjasama bagi terbangunnya suatu tatanan masyarakat yang berkeadilan, dengan keharusan "mengorbankan" sebagian kebebasan individualnya masing-masing demi kepentingan bersama. Al-Quran tidak menyebut manusia sebagai an-naas dalam pengertian keseluruhan manusia.

Sementara itu humanisme evolusioner, dalam Islam mesti dipahami dalam konteks perubahan psikoreligie manusia yang membuatnya dapat menjadi adimanusia, atau sub-manusia.

Ketiga hal diatas, dapat berjalan simultan dalam diri setiap manusia menurut ajaran Islam.

Kesimpulan:

Manusia modern akan selamanya keliru dan tersesat, jika tidak menerima konsepsi tentang keberadaan di alam non eksistensi, dan hanya menerima kehadirannya secara eksistensial di bumi ini, serta menolak akan adanya hari kebangkitan.

Oleh: Hasanuddin

Penulis Tinggal Di Depok, Jawa Barat
Komentar Anda

Berita Terkini