-->
    |

Jumhur Hidayat Sang Pemimpin Boemiputra

Faktanews.id - Setelah menghilang paska aksi rakyat 21-22 Mei 2019, akhirnya Jumhur mengajak saya makan siang di restoran Mirasari 33, Kemang (resto ini pernah saya ulas dalam postingan sebelumnya, milik pejuang Muslim alm. HM Sanusi, mantan menteri perindustrian, 19 tahun di penjara Suharto).

Pertanyaan saya kenapa Jumhur menghilang setelah memimpin aksi 21-22 Mei di Bawaslu, sesuai perkiraan saya, karena Prabowo menarik diri dari rencana awal untuk melawan rezim Jokowi. Karena Prabowo (malah) menjadi pendukung utama Jokowi ke depan, Jumhur kehilangan pijakan saat itu. Alasan ini logik. Jumhur dari dulu adalah lelaki pemberani, tidak mungkin berkhianat.

Saya dan Jumhur adalah dua manusia yang berjuang dengan tema Islam Kerakyatan. Artinya Islam untuk membebaskan kemiskinan dan kaum miskin. Kaum miskin tentu merujuk pada semua ummat. Kalau pake Islam depannya itu untuk keterbukaan saja.

Banyak kelompok-kelompok yang memakai bendera kekiri2an tapi sebenarnya kedok, banyak juga bendera nasionalis, sebenarnya kedok, dan lain-lain. Kami tidak ingin berkedok.

Sejak 80 an Jumhur telah menyediakan rumahnya sebagai tempat aktifis-aktifis ITB dan Bandung menjadi pusat gerakan rahasia. Karena paman kandung Jumhur adalah wakil kepala intelijen Kodam Sliwangi waktu itu, gerakan kami gampang tercium juga. Namun, melalui paman Jumhur ini, kami juga tahu semua aktifis-aktifis mahasiswa yang merupakan informan-informan tentara orde baru.

 Sekarang sudah tahun 2019, kelompok-kelompok perjuangan ideologis, artinya memperjuangkan rakyat, masih tetap kalah dengan kasak kusuk pemimpin ala pencitraan dan modal cukong-cukong. Pertemuan saya dengan Jumhur kali ini tetap membangun optimisme bahwa politik ideologis akan mengungguli politik modal uang dan citra. Semangat ini harus terus dibangun, agar makam pahlawan tidak dihiasi koruptor-koruptor nantinya.

Mari teruskan perjuangan babak demi babak.

Oleh: Syahganda Nainggolan

Komentar Anda

Berita Terkini