-->
    |

Novel Baswedan, Gibran dan Presiden Jokowi

Faktanews.id - Presiden Jokowi memanggil Purnomo ke Istana Presiden. Dia menjanjikan "kompensasi" politis, atas kesediaannya tidak mencalonkan diri pada Pilkada di Solo demi mulusnya jalan bagi putra kesayangannya, Gibran. Sebagai seorang ayah, tentu akan memberikan yang terbaik menurutnya kepada anaknya. Nalar masyarakat di era Mesir Kuno 4000  tahun SM juga seperti itu. Demikian halnya dalam tradisi politik dinasty. Sejumlah orang telah memastikan bahwa Gibran akan menang di Solo, dalam imajinasi mereka Presiden Jokowi pasti akan mengerahkan semua kemampuannya untuk memastikan hal itu terjadi.

Aparat polisi, PNS, KPU, Bawaslu dan seluruh jejaring partai politik pengusungnya tentu telah bersiap dengan tugas pemenangan masing-masing. Demikian dalam imajinasi mereka yang memastikan Gibran pasti akan menang telak. Bahkan ada yang berpendapat, tidak perlu digelar Pilkada. Langsung saja Presiden Jokowi keluarkan Inpres pemenangan, dan KPU tinggal menetapkan. Membaca berita seperti itu, kami terenyu. Sudah sedemikian rendahnya kah, kualitas demokrasi di negeri ini. Namun bisa jadi juga sebaliknya, demokrasi tidaklah bermasalah. Yang bermasalah adalah para pecundang yang tidak lagi memiliki lagi harga diri dalam berdemokrasi.

Kami juga membaca, Novel Baswedan menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Jokowi atas proses peradilan kasus penyiraman matanya, yang menurutnya seperti sandiwara.  Hakim telah memvonis pelaku, yang patut diduga hanya menghadirkan pelaksana lapangan dari penyiraman itu, dan mengabaikan aktor penting dan kuat dibalik kasus itu. Publik nampaknya percaya, pengadilan itu adalah drama kesekian dan banyak drama pengadilan di negeri ini. Ruh para hakim, aparat penegak hukum negeri ini nampaknya ruh produk artificial inteligent, tidak ada ruh yang original. Patut diduga demikian. Semua laksana robot-robot tanpa nilai dan kebermaknaan. Mungkin saja demikian, atau jangan-jangan Presiden Jokowi juga produk artificial inteligent, coba di periksa bagaimana sebenarnya.

Ditengah haru biru percakapan publik atas Novel Baswedan, Gibran dan Presiden Jokowi,  puluhan ribu masyarakat di Masamba harus  mengungsi dari pemukiman mereka, puluhan lainnya meninggal dan puluhan lainnya belum ditemukan. Belum terdengar apa respons Presiden Jokowi atas musibah banjir bandang yang diduga produk kebun sawit itu.

Duka bangsa tak terperih, korban Covid19 makin banyak, bahkan telah melebihi Tiongkok.

Menkeu mengatakan Indonesia segera masuk ke jurang resesi, semoga ini semua bukanlah pertanda; Indonesia akan Sirna Ilang Kertaning Bumi".

Allah Maha Pengasih Maha Penyayang, pintu taubat selalu terbuka bagi yang mau bertaubat!

Oleh: Hasanuddin

(Penulis tinggal di Depok, Jawa Barat)
Komentar Anda

Berita Terkini