-->
    |

Jangan Salah Paham, Ini Filsafat Pengetahuan Bukan Filsafat Ilmu

Faktanews.id - Pengetahuan adalah kunci. Kita tidak dapat membuka apapun tanpa pengetahuan, atas apa rahasia yang sedang ingin kita singkap kerahasiaannya. Dalam tradisi kitab-kitab suci, khususnya Al-Quran, pengetahuan disebut sebagai cahaya. Karena cahaya itulah yang dapat menerangi kegelapan sehingga nampaklah apa yang terselimuti oleh kegelapan. Setiap rahasia, pastilah memiliki kunci untuk membuka rahasia tersebut, dan jika pengetahuan adalah kunci dari segala rahasia, maka dengan demikian setiap rahasia dapat dibuka dengan pengetahuan.

Sesuai posisinya sebagai kunci untuk membuka sesuatu yang belum diketahui, maka pengetahuan secara inhern mestilah dimulai dari pertanyaan tentang apa yang akan diketahui? Pertanyaan tentang apa yang akan diketahui meniscayakan adanya objek yang ingin diketahui. Tidak masalah sebuah objek itu empirik atau tidak, selama suatu objek itu ada, maka objek itu dapat diketahui. Mengetahui tidak mengharuskan bahwa apa yang diketahui itu telah dialami.

Setiap pengetahuan dimulai dari apa yang tidak diketahui, melalui suatu pertanyaan tentang apa yang dikehendaki untuk diketahui. Memiliki pertanyaan dengan demikian telah memiliki pengetahuan dasar tentang sesuatu yang akan diketahui. Semakin banyak pertanyaan yang dimiliki tentang suatu objek yang akan diketahui, berarti semakin banyak pengetahuan yang telah kita peroleh, sekaligus pada saat yang bersamaan semakin banyak yang tidak dapat kita ketahui.

Jumlah pengetahuan kita dengan demikian berbanding terbalik dengan jumlah ketidaktahuan kita. Jadi pada kenyataannya, secara matematis, kita sebenarnya tidak pernah memiliki surplus pengetahuan.

Dengan demikian pengetahuan adalah kesadaran tentang ketidaktahuan atas apa yang telah kita ketahui. Pada tingkat kesadaran seperti inilah memunculkan suatu pertanyaan penting, apa yang kita ketahui? Yang kita ketahui adalah suatu realitas bahwa kita tidak dapat mengetahui realitas yang sesungguhnya. Bahwa pengetahuan kita tentang realitas, bukanlah realitas itu sendiri. Pengetahuan kita tentang realitas, tidak lain hanyalah pengetahuan tentang fenomena-fenomena dari suatu realitas yang ada. Sementara noumena dari realitas itu sendiri selamanya tidak mungkin untuk diketahui. Dan kesadaran akan ketidakmampuan mengetahui realitas, itulah puncak dari pengetahuan. Itulah probabilitas.

Sebab itu, pengetahuan hendaknya tidak diarahkan untuk mengetahui hakikat suatu realitas. Karena baik dari sisi kemanfaatan praktis, maupun dari sisi kebermaknaan suatu pengetahuan, tidaklah diperoleh dengan mengarahkan pengetahuan itu kepada usaha pencarian hakikat suatu realitas. Namun kebermaknaan, kemanafaatan suatu pengetahuan, justru memiliki signifikansinya sebagai kunci, ketika diarahkan menyelesaikan problem-problem yang sedang dihadapi. Sehingga dengan sendirinya, pengetahuan mesti dimulai dengan menghadirkan problem sebagai realitas objektif yang ingin diketahui.

Problem yang ditemukan lalu dirumuskan sejelas mungkin dan sedapat mungkin menyertakan konsekuensi-konseuensinya. Inilah tugas utama seorang pemikir atau agenda dari mereka yang berpikir, bagaimana menyelesaikan problem tersebut; mengindetifikasi konsekuensi-konsekuensinya, menyingkirkan sebagaian hal yang mungkin tidak merupakan bagian dari problem tersebut, mengusulkan kemungkinan solusinya, memahami implikasi-implikasinya; menyampaikan kepada pihak lain guna memberikan penilaian, dan seorang yang berpikir terbuka mestinya harus bersedia menerima kritik, saran dan masukan untuk memperbaiki hal-hal yang memang mesti diperbaiki jika diperlukan. Jika hal ini telah dimengerti, maka seseorang tidaklah berurusan dengan disiplin ilmu apa yang mereka geluti, namun seseorang akan berhadapan dan berurusan dengan problem apa yang sedang mereka hadapi. Dalam rangka menyelesaikan problem-problem kehidupan itulah ilmu pengetahuan diperlukan.

Dengan demikian ilmu pengetahuan akan terus berkembang mengiringi problem-problem yang dihadapi umat manusia. Sains tidak berkembang demi sains itu sendiri, namun sains berkembang menurut suatu tujuan yang ditetapkan oleh manusia dalam mengatasi problem kehidupan mereka. Dan untuk maksud itulah Allah mengajari manusia.

Oleh: Hasanuddin

(Penulis Tinggal di Depok, Jawa Barat)
Komentar Anda

Berita Terkini