-->
    |

Kenapa BW Diminta Tak Bersikap Post Power Syndrome Terkait Penangkapan Nurhadi?

Faktanews.id - Mantan Komisioner KPK Bambang Widjojanto diminta tidak bersikap post power syndrome, sehingga mengadu domba internal KPK dan mengadu domba antara KPK dan Polri, dengan pernyataan ngawurnya soal peran Novel Baswedan dalam penangkapan buronan Nurhadi.

Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane menilai, Bambang Widjojanto mencoba membuat intrik dan politik belah bambu, dengan memuji muji Novel Baswedan dalam penangkapan mantan Sekretaris MA Nurhadi tsb. Seolah penangkapan itu hasil kerja Novel pribadi. Padahal IPW melihat, sejak Nurhadi buron, KPK sudah meminta bantuan Polri, untuk sama sama memburu mantan Sekretaris MA tsb. Hingga di pertengahan Februari 2019, Nurhadi terlacak keberadaannya sedang melakukan sholat duha di sebuah mesjid di Jakarta.

"Namun yang bersangkutan berhasil kabur saat hendak ditangkap. Sedikitnya lima kali Nurhadi terpantau di lima mesjid tapi tetap lolos dari penangkapan," ujar Neta dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/6/2020).

Diketahui, sebelum ditangkap berbagai informasi tentang Nurhadi disampaikan masyarakat ke KPK. Dari pantauan IPW, Neta berujuar setiap informasi tentang keberadaan DPO dilacak KPK dengan serius. Bahkan semua info dikuti KPK dengan cermat. Hingga Senin malam lalu, Nurhadi berhasil ditangkap. Bagi KPK pimpinan Komjen Firli semua info yang masuk selalu diposisian sebagai sesuatu hal yang penting, sehigga dibahas bersama tim.

Dalam hal ini, tidak ada individu yang dominan, apalagi merasa sok hebat sendiri. Seperti keberadaan Nurhadi kemarin, KPK sudah mendapat info sejak Senin siang hari dan terdeteksi masuk ke rumah yang disewanya di Simpruk Jakarta Selatan pada sore hari dan malamnya dilakukan penggeledahan dengan melibatkan semua unit kerja di KPK. Termasuk melibatkan satu regu anggota Polri berseragam dan lengkap dengan senjata laras panjang.

"Anggota Polri ikut mengawal jalannya penangkapan Nurhadi untuk mengantisipasi situasi. Sebab ada isu yang beredar bahwa selama ini Nurhadi berlindung pada seorang oknum. Namun dalam penangkapan malam itu IPW menilai, tim KPK dan Polri bekerja profesional dengan menjunjung tinggi  kepastian hukum dan menghormati HAM," tandasnya.

IPW, Neta menambahkan berharap sinerji Tim KPK dan Polri ini bisa semakin mantap dan solid ke depan agar oknum oknum yang melindungi DPO menjadi ciut nyali. Tidak seperti KPK di era sebelumnya yang cenderung mengabaikan keberadaan Polri dan merasa sok hebat sendiri.

"Sebab itu menjadi sangat aneh, jika mantan pimpinan KPK Bambang Widjajanto tiba tiba memuji muji Novel Baswedan setinggi langit, dalam penangkapan Nurhadi. Seolah olah penangkapan itu hasil kerja pribadinya Novel sendiri. Bambang seolah olah mimpi di siang bolong dengan post power syndromenya dan mencoba menciptakan pahlawan kesiangan," katanya.

Menurut Neta, IPW memberi apresiasi atas solidnya kinerja Tim KPK dan Polri dalam penangkapan buronan Nurhadi. Dengan solidnya Tim KPK tidak ada lagi pahlawan kesiangan, tidak ada lagi figur yang merasa sok hebat sendiri dan tidak ada lagi perpecahan di tubuh KPK serta tidak ada lagi Polisi Taliban dan Polisi India di lembaga anti rasuha tsb.

"Bambang yang sudah "di luar pagar" jangan lagi post power syndrome untuk menguasai dan merecoki KPK. Lebih baik Bambang Widjojanto bekerja profesional dalam mengurusi jabatannya sebagai Ketua Komite Pencegahan Korupsi di Pemprov DKI Jakarta, misalnya memantau dugaan korupsi di balik dana bansos atau banyaknya masalah di balik penyaluran Bansos di Jakarta, ketimbang post power syndrome terhadap KPK. Toh Bambang sudah digaji besar oleh Pemprov DKI Jakarta," tukas Neta. (RF)
Komentar Anda

Berita Terkini