-->
    |

Wabah Virus Corona Dan Antisipasi Jatuhnya Bulan Haram (Bagian 1)

(Mochammad Sa'dun Masyhur)
Faktanews.id - Tulisan ini telah selesai 3 hari sebelum Presiden mengumumkan bahwa dua warga Depok, seorang ibu dan anak gadisnya, positif suspect virus corona. Sempat urung saya sebarkan, takut disalahpahami, lalu dilaporkan, telah menyebarkan berita bohong, dan membuat keresahan.

Pengumuman Presiden itu harus dipahami bahwa kini keberadaan virus corona di Indonesia telah menjadi realitas, harus diterima semua pihak, dengan segala konsekuensinya. Dan deklarasi perang terhadap virus corona, telah ditabuh.

Realitas ini sekaligus mematahkan spekulasi yang beredar luas, bahwa orang Indonesia kebal virus corona. Atau ungkapan bahwa daerah tropis aman penyebaran virus yang memiliki nama resmi COVID-19 itu, jelas tidak benar.

Dalam hal ini keberhasilan tim medis untuk melakukan identifikasi COVID-19, terhadap dua pasien pertama di Indonesia, patut diacungi jempol. Keberhasilan itu, tidak hanya menyangkut kecangihan peralatan medis yang digunakan hingga menepis keraguan banyak pihak, tetapi juga menunjukkan kemahiran dan kehandalan tim dan seluruh pihak yang terlibat. Selanjutnya, dalam rentang waktu 14 hari ke depan, teriring doa, dan harap-harap cemas, rakyat menantikan, semoga dua pasien pertama itu dapat diselamatkan, dan sehat kembali.

Bagi masyarakat sangat penting dipahami bahwa wabah penyakit, termasuk COVID-19, adalah suatu fenomena alam biasa. Tidak perlu panik, tetapi tetap butuh kewaspadaan yang tinggi, dan perlu membekali diri dengan pengetahuan yang tepat dan praktis, termasuk informasi bagaimana fenomen alam ini akan berlanjut.
Lantas, apa hubungannya dengan bulan Rajab, dan disebut sebagai bulan haram, bulan khusus yang dimuliakan?

Dalam ilmu astronomi, rotasi dan revolusi bulan, bumi dan matahari akan berpengaruh terhadap perubahan rasi bintang. Secara kasat mata dapat dirasakan dan dilihat, perbedaan pancaran gemerlap kerlip bintang di langit, perubahan siang-malam, terjadinya gerhana, pasang surut air laut, perbedaan musim dan iklim, serta perubahan arah dan kecepatan angin. Dengan alat sederhana, dapat juga diukur perubahan gravitasi bumi dan perjalanan waktu.

Perubahan alam itu, secara otomatis akan mempengaruhi kehidupan seluruh mahluk hidup. Yakni setiap mahluk yang memiliki sel genetik, yang dalam terminologi Alquran disebut sebagai tiap-tiap yang bernafs (kullu nafsin).

Perubahan alam itu, kemudian akan otomatis mempengaruhi seluruh aspek kehidupan: kelahiran, pertumbuhan, perkawinan, pembuahan dan kematian. Itulah sebabnya hanya pada bulan tertentu bunga-bunga bermekaran warna-warni. Kupu-kupu yang bergam jenisnya, tiba-tiba hadir mengepak-epakkan sayapnya yang indah. Atau pohon-pohon tertentu berbuah hanya pada musim tertentu. Dan sekiranya pohon yang sama itu berbuah setiap waktu, rasa dan kualitas buahnya menjadi berbeda-beda.

Dalam kaitanya dengan perhitungan bulan, QS. 9 Attaubah: 36,  menetapkan bahwa jumlah bulan dalam satu tahun sebanyak 12 bulan. Perhitungan ini menganulir kepercayaan kaum pagan, penyembah berhala atau matahari di jazirah Arab waktu itu, yang semula meyakini jumlah bulan setahun sebanyak 13 bulan. Penekanan pentingnya perhitungan 12 itu sesuai dengan perputaran perubahan alam semesta, yang diterangkan pada ayat yang sama dengan kalimat, sesuai waktu awal diciptakan langit dan bumi

Selanjutnya pada Ayat yang sama juga dinyatakan, di antara 12 bulan itu terdapat 4 bulan haram. Menurut Chadits, jatuh pada bulan Muharram, Rajab, Dzulkoidah dan Dzulhijah, yang secara berurutan sebagai bulan ke 1, 7, 11 dan 12 Hijriyah. Masa waktu bulan itu, nyaris sama ditetapkan dalam kalender Jawa dikenal sebagai bulan Suro, Rejeb, Apit, dan Besar, yang oleh masyarakat Jawa juga diistimewakan.

Dalam hubungannya dengan perubahan siklus bulan, kebetulan sekarang ini bertepatan dengan bulan Rajab, yang dalam kalender solar terjadi antara 23 Februari s/d 24 Maret 2020. Fenomena wabah virus corona, dan wabah penyakit lainnya yang terjadi sekarang ini, tidak dapat dilepaskan dengan perubahan siklus semesta alam, yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya.

Perubahan musim dan cuaca ekstrim, sebenarnya telah mulai pada bulan kelima, yang dalam astronomi Jawa, disebut mongso manggolo. Pada musim ini, ditandai dengan terjadinya hujan sangat lebat (tidak harus di P Jawa), pohon asam mulai menumbuhkan daun muda, ulat mulai bermunculan, ular keluar sarang,  dan laron keluar dari liangnya. Tanda lainnya bagi petani, jenis tumbuhan empon-empon, lempuyang dan temu kunci mulai bertunas.

Sebenarnya mongso kalimo atau terjadi pada bulan Jumadil Awal itu, semua mahluk hidup mengalami perkembangan atau pertumbuhan awal, dimana pada bulan sebelumnya menetas dan mulai tumbuh dan berkembangbiak. Musim ini juga disebut _mongso labuh-semplah_ karena berbagai jenis ragam ikan di laut banyak bermunculan, sehingga para nelayan mulai panen raya ikan,  dan banyak kapal berlabuh untuk menjual ikan di pelelangan. Perkembangbiakan dan pertumbuhan berbagai jenis dan ragamnya juga terjadi dan dialami biota renik, serta segala macam mikroorganisma di muka bumi.

Pada musim inilah diperkirakan virus corona mulai berkembang biak. Secara faktual, virus corona awalnya hanya dikenali sebagai virus yang menyerang hewan itu, dilaporkan terjadi pada medio November 2019, di pasar grosir hewan, Wuhan, China Selatan. Penyebaran virus antar hewan itu kemudian bermutasi menjadi virus yang menyerang manusia, dan dilaporkan korban pertama pada 31 Desember 2019, meskipun dalam laporan yang lain disebut 3 Desember 2019. Sejak itu penyebaran COVID-19 antar manusia terus berlanjut, dengan sangat cepat, sulit dikendalikan dan mematikan.

Masa pancaroba ini kemudian berkembang lagi, disusul musim buah, sebagai sumber kehidupan yang melimpah bagi seluruh kehidupan mahluk hidup.  Pada mongso kanem ini, hampir seluruh buah-buahan, mangga, durian, rambutan, sawo, manggis dan lain-lainnya, panen raya. Pada musim ini, sebenarnya melimpah sumberdaya bagi manusia untuk memilih asupan gizi yang terbaik guna menjaga daya tahan dan kesehatan tubuh, sebagai cadangan di musim berikutnya.

Memasuki mongso kapitu bersamaan dengan bulan haram, Rajab, dalam. siklus mata rantai mahluk hidup yang terputus akan terjadi ledakan populasi. Persoalan akan muncul jika populasi yang mengalami ledakan itu bersifat patogen bagi manusia, sehingga sangat berbahaya.

Akibatnya, dalam astronomi Jawa, bulan Rajab ini, dicatat sebagai  puncak penyebaran penyakit. Condro  pranoto mongsonya berbunyi, _wiso kéntir ing maruto_,  artinya racun hanyut, mengalir bersama tiupan angin. Sehingga akan banyak timbul penyakit, tidak hanya pada manusia tetapi juga ternak unggas serta akan menjangkiti semua mahluk hidup.

Perubahan mulai masuknya musim panas pada dua bulan berikutnya, setelah bulan Sya'ban (mulai 25 Maret 2020) dan pada Ramadhon (in sya Allah, 24 April 2020), akan sangat menolong Karena dalam kondisi panas berbagai jenis jamur dan renik patogen dengan sendirinya akan berkurang, atau setidaknya tidak mampu berkembang. Karena itulah penyebaran COVID-19, diperkirakan baru akan dapat diatasi atau mereda paling cepat pada akhir bulan April 2020.

Sayangnya penanggalan berdasarkan perhitungan bulan, yang banyak memberikan pemahaman terjadinya fenomena alam itu, tidak lagi banyak dipakai, bahkan sudah ditinggalkan, dianggap kuno dan berbau mistik. Hampir di seluruh dunia fokus mengunakan kalender perhitungan matahari, sehingga kebanyakan orang sulit memahami fenomena alam, selain hanya berguna untuk peringatan hari-hari yang tidak jelas pangkal ujungnya.

Maka seyogyanya kaum muslimin kembali mengunakan penaggalan hijriyah, bukan untuk bersaing,  tetapi agar mudah menyesuikan diri dengan perubahan alam. Belakangan ini saking tidak pahamnya, muncul anggapan bahwa alam enggan bersahabat dengan manusia. Padahal terbalik, manusialah yang harus bersahabat dengan alam.

Melihat perkembangan yang terjadi di banyak negara, wabah virus corona ini telah menjadi persoalan yang sangat serius. Setidaknya hingga hari ini 3/03/2020, lebih dari 80 ribu dinyatakan suspect, dan 4% dari jumlah itu sekitar 3 ribu, telah meninggal dunia.

Bagi Indonesia, kondisi iklim tropis akan sangat membantu dan menguntungkan dalam pengendalian wabah penyakit. Meski demikian pemerintah harus bertindak cepat, berlomba dengan waktu.

Di jaman modern ini, berbagi rekayasa teknologi untuk menghindari mengganasnya suatu wabah penyakit mudah dan harus segera dilakukan. Misalnya dengan mengatur curah hujan suatu wilayah, agar tidak terlalu lembab, merekayasa arah angin, penyemprotan desinfektan pada area tertentu dengan drone, dll, dll.

Berkaitan dengan mewabahnya virus corona, dan upaya pencegahan,  apakah Alquran dan Chadits menuntun, amalan yang tepat dilakukan pada bulan Rajab, sebagai salah satu bulan haram ini?
Bagaimana hubungannya dengan kandungan ayat tentang bulan haram yang melarang agar tidak menthzolimi _nafs_ (sebagai sel genetik) dirimu sendiri itu?

BERSAMBUNG #SERI 2....

Oleh: Penulis Mochammad Sa'dun Masyhur

Penulis adalah  Holistic Healing Consulting, Expert and Inventor Medical Quran, tinggal di Bogor, Indonesia
Komentar Anda

Berita Terkini