-->
    |

Dosis Pas Lockdown

Faktanews.id - Virus Corona pandemik global. Belum ada vaksin. Ngga ada solusi tunggal. Shutdown, Wuhan-lockdown, partial lockdown, quarantine, smart work. You name it.

Semuanya punya implikasi sosial-politik. Mereka yang mendesak lockdown tetap mengatakan ada konsekuensi ekonomi. Tapi nyawa manusia lebih penting. Salah-salah, bukan hanya nyawa melayang. Tapi diikutin domino-effect dan collapse of government.

"All substances are poisons; there is none which is not a poison. The right dose differentiates a poison and a remedy," kata Swiss physician Paracelsus.

Solusi tepat sesuai dosis. Itu kuncinya. Wuhan-lockdown adalah solusi extrim. Baru aja Gubernur Anies Basweday pangkas 248 rute busway jadi 13 rute alias 93%. Publik langsung bunyi. Antrian 1 kilometer. "Social distancing" jadi batal karena kerapatan orang semakin mampet.

Arahan bukan instruksi. Smartwork sumbernya dari Milan dan Amerika. Hanya sedikit orang kaya yang sanggup melakukan kerja dari rumah.

Buruh pabrik, retailer, satpam, ojek, waitress, chef, office-boys dan sebagainya harus ngantor. Gunakan transportasi publik.

Lockdown punya beberapa syarat. Banyak yang sudah menulis pre-condition itu. Logistik dan militer mesti cukup. India menutup mall-mall, bioskop, gym, kolam renang. Memaksa orang stay-home sedangkan tagihan listrik dan PAM terus jalan ya sama aja bo'ong. Makanan harus beli ya katro maz.

Indonesia bahkan belum sanggup nge-lockdown media sosial tempat element anti pemerintah menebar virus infodemic.

Daripada sok-sok-an manggung di atas Corona-wave, sebaiknya pemerintah fokus meningkatkan kapasitas rumah sakit.

Rebut Rumah Sakit swasta. Jadikan medical center sementara. Siapkan stadion dan hotel sebagai emergency hospitals. Import dokter. Maximalkan dokter lokal. Kerahkan mahasiswa kedokteran. Buka relawan suster. Pekerjakan narapidana bikin masker. Tambah test kits. Gratiskan masker dan sanitizer. Paksa konglomerat sumbang dana.

State emergency jangan cuma ngomong doang. Gunakan "iron fist" & kekuatan militer sebagai alat pemaksa. Gebuk provokator dan penyebar hoax corona. Mantapkan stabilitas nasional.

Para provokator dan element anti pemerintah mestinya tahan diri. Covid-19 bencana nasional. Pemerintahan harus menang.

PM Modi menghadapi dua front perang; Covid-19 dan CAB Rioters. Opsi militer diambil. Demonstrans rusuh diredam dengan tongkat. Api padam sebelum besar.

Rakyat Indonesia, utamanya orang Jakarta, itu tidak bodoh. Banyak yang under-educated. Tapi "Education is not equal to intelligence".

Mereka kalem, sedikit was-was, tetap waspada dan tidak takut. Sekalipun katanya ngga sekolah, tapi mereka punya innate ability to assimilate knowledge.

Mereka tau ada bahaya Covid-19. Mereka mau selamet dan hidup. Tugas pemerintah beri kemudahan. Jangan malah bikin policy yang semakin memperluas outbreak.

Pemimpin yang bersikap merendahkan kecerdasan publik ini akan mengambil policy keliru. Stephen Hawking menyatakan, "People who boast about their I.Q. are losers."

Oleh: Zeng Wei Jian
Komentar Anda

Berita Terkini