-->
    |

Temui Warga di Bandara, Wakil Ketua DPRD Intan Jaya: Mereka Ketakutan Dan Trauma

Faktanews.id - Wakil Ketua DPRD Intan Jaya, Marten Tipagau, menerima keluh kesah dari warga di Bandara Sokopaki Bilogae Sugap. Mereka yang sangat ketakutan akibat petistiwa baku tembak antara TNI-Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat dan Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

"Tadi saya ke bandara. Banyak warga yang ingin keluar dari Intan Jaya. Ada masyarakat Jawa, Madura, Bugis dan masyarakat lokal," ujar Marten, Senin (23/12/2019).

Merten berujar, warga masih tertahan di Bandara karena pesawat dinaiki oleh prajurit TNI-Polri. Pesawat yang dimaksud Marten adalah pesawat Rimbun Air.

"Ya tidak bisa naik karena dinaiki TNI dan Polri," tukas Tipagau yang mengaku dirinya didampingi dua anggota DPRD lainnya, Martinus Maiseni dan OkvianusWandikmbo.

Selain ke bandara Sugapa, Marten juga mengaku turun menemui masyarakat di distrik Hitadipa. Di distrik itu, Marten mengaku sendirian menemerima aspirasi dari masyarakat. Disebutkan Marten, baku tembak antara TNI-Polri dengan TPNPB-OPM masih berlangsung pada Sabtu (21/12/2019).

"Iya saya sendri pantau langsung dan ketemu  warga di sana makanya saya sampaikan ini perang (baku tembak) masih terjadi ini," tukas dia.
Selain di distrik Hitadipa, Marten menambahkan baku tembak juga terjadi di dua distrik lainnya, yakni distrik Ugimla dan Sugapa.

Menurut Marten, baku tembak antara TNI dan TPNPB-OPM berlangsung di tiga distrik yang berada di Kabupaten Intan Jaya. Ketiga distrik itu adalah distrik Ugimpa ,Sugapa dan Hitadipa. Disebutkan Marten, masyarakat tidak diperbolehkan memasuki tiga distrik tersebur.

Sementara, warga yang berada di dalam kampung Titigi, kampung Ndugisiga ,sugapa lama yang terletak distrik Sugapa  itu tak bisa keluar karena masih terjebak. Mereka sangat ketakutan dan tokoh-tokoh gereja mengumpulkan semua warga kampung di halaman gereja dan tidak diperbolehkan masyakrat keluar dari komplek Gereja.

Sementara warga masyarakat kampung Kulapa, kampung pugisiga, Danggobuga, kampung wabui dan sekitarnya Sudah lama melarikan diri masuk ke hutan dan sebagian besar pengunsi ke distrik Agisiga. Sampai saat ini beberapa kampung tersebut diatas menjadi medan pertempuran antara TNI dan TPNPB-OPM Sampai saat ini." Tandasnya.

Selain itu, Marten mengatakan warga kampung yang ada di distrik Ugimba sudah mengungsi lebih dulu masih bertahan di luar. Mereka ada yang mengungsi ke hutan dan di atas pegunungan.

"Pengungsi masih ada di hutan, tidak kembali. Masyarakat trauma dan tidak mau kembali, kami kawatir terjadi kelaparan terkena sakit sampai saat ini belum ada informasi terkait kondisi disana ," tandas dia.

"Masyarakat trauma dan ketakutan. Memang TNI tidak memgganggu kami. Namun Hanya kawatir kami ini kulit hitam sehingga salah-salah nanti takut kena (tembak) kami. Pernah  lihat Kabupaten lain terkena seperti itu," tambah Marten.

Menurut Marten, tokoh gereja dan masyarakat berharap baku tembak antara TNI TPNPB-OPM segera diakhiri. Sebab, peristiwa itu sangat mengancam keselamatan masyarakat.

"Jangan sampai masyarakat jadi korban. Masyarakat sampai saat ini masih kebingunan dan terancam . Mau tinggal di situ salah dan mau keluar juga salah. Harapan masyarakat kalau mau perang silakan ambil tempat lain. Kami takut," pungkasnya.

Marten berharap semua pihak bekerjasama untuk menghentikan peristiwa baku tembak yang menyebabkan masyarakat Intan Jaya trauma dan ketakutan tersebut. Toh, harus diakui, kata Marten, peristiwa baku tembak antara TNI-Polri dan pasukan TPNPB-OPM mengacam keselamatan masyarakat. Apalagi, umat kritiani yang berada di Intan Jaya bakal melaksanakan hari raya Natal.

"Kami sangat mengharapkan kerjasama Antara DPRD dan pemerintah Daerah, tokoh-tokoh, forkompinda yang ada di kabupaten Untan Jaya untuk meminta kepada Oangdam, Kapolda, Panglima TNI dan Menteri Pertahanan, serta presiden segara cabut izin operasi militer di Intan Jaya, karena saat ini umat Nasrani seluruh Dunia sedang perayaan Natal Dan kami sangat kecewa atas peristiwa yang sedang terjadi ini. Lebih lagi sangat terganggu dan mengancam keselamatan masyarakat intan Jaya," katanya.

Untuk diketahui, baku tembak antara TNI dan TPNPB-OPM berlangsung sejak 17 Desember. Ada 8 prajurit yang menjadi korban dari peristiwa baku tembak itu. Dari diantara 8 korban itu, dua diantaranya meninggal dunia akibat peluru yang ditembakkan pasukan TPNPB-OPM. Kedua prajurit TNI yang meninggal adalah Lettu Inf Reski Sidabutar dan Serda R Rizky. (RF)



Komentar Anda

Berita Terkini