-->
    |

Pengamat: Dari Model Penyerangannya, Pelaku Penusukan Wiranto Berpaham Radikal


Faktanews.id - Menkopolhukam Wiranto diserang menggunakan pisau oleh seorang lelaki bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara di Pandeglang, Banten. Penyerangan tersebut terjadi pada saat Wiranto melaksanakan kunjungan kerja di pada pukul 11.55 Wib di depan Gerbang Lapangan Alun-alun Menes Ds. Purwaraja Kec. Menes Kab. Pandeglang

Sesaat setelah acara di Universitas Mathla'ul Anwar, Wiranto akan kembali ke Jakarta, pada saat turun dari mobil menuju heli Wiranto diserang oleh laki-laki tidak dikenal tersebut menggunakan pisau.  Serangan tersebut bisa dicegah lebih jauh lagi mmeskipun Wiranto, Kapolsek Menes dan Ajudan mengalami luka.

Pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta, menjelaskan pelaku penyerangan terhadap Wiranto terpapar paham radikal jika dilihat dari model penyerangan pelaku.

"Dari model penyerangan yang dilakukan serta sasaran yang menjadi korban diduga kuat pelaku adalah orang yang terpapar paham radikal. Dan dari sasaran aksi diperkirakan afiliasi paham radikal tersebut mengarah kepada ISIS," ujar Stanislaus kepada wartawan, Kamis (10/10/2019).

Menurut Stanislaus, Dldari data yang diperoleh pelaku penyerangan terhadap Wiranto adalah pasangan suami istri. Disebutkan Stanislaus, pasangan suami istri ini pelaku penyerangan tersebut adalah jaringan JAD Bekasi, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.

"Dilihat dari senjata yang digunakan dan aksi yang dilakukan aksi nampak sudah terencana. Di lokasi kejadian diamankan juga istri dari pelaku yang ternyata juga membawa pisau. Aksi ini dapat disebut sebagai aksi teror menngingat dilakukan di tempat umum yang dapat menimbulkan ketakutan masyarakat," tukasnya.

Stanislaus menambahkan, kelompok radikal akhir-akhir ini melakukan adaptasi model serangan, yang sebelumnya dilakukan oleh kelompok seperti di Kampung Melayu dan Thamrin, mulai berubah dilakukan oleh sel-sel kecil seperti keluarga dan lone wolf. Seperti yang terjadi di Surabaya dan penyerang Wiranto.

Aksi yang dilakukan oleh sel keluarga dan lone wolf sulit dideteksi karena mereka biasa tidak menggunakan komunikasi dengan aplikasi percakapan yang bisa dideteksi.

"Momentun kunjungan Wiranto dimanfaatkan oleh pelaku untuk melakukan aksinya. Hal ini patut diwaspadai karena bisa memicu orang atau kelompok lain yang mempunyai ideologi yang sama untuk melakukan aksi serupa," katanya.

Stanislaus meminra aparat keamanan selalu waspada. Jangan sampai aparat lengah dari kolompok-kolompok yang berpaham radikal.

"Aparat keamanan perlu waspada mengingat dalam beberapa hari ke depan ada momentum penting di Indonesia yang bisa menjadi daya tarik orang atau kelompok radikal untuk melakukan aksi demi eksistensi ideologinya," katanya. (RF)




Komentar Anda

Berita Terkini