-->
    |

Inilah Pidato Politik Bursah Zarnubi pada Refleksi Ahir Tahun PGK

FaktaNews.id - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Bursah Zarnubi menuampaikan pidato politik pada acara Refleksi akhir tahun bertajuk "Memperteguh Komitmen Kebangsaan di Tahun Politik 2019".

Pidato Bursah ini disampaikan di hadapan ratusan tokoh aktivis lintas generasi dan organisasi serta tokoh pergekaran lainnya di Restoran Pulau Dua, Senayan Jakarta Pusat, Minggu (30/12/2018).

Berikut pidato politik Bursah selengkapnya dan mendapatkan sambutan tepuk tangan dari para aktivis.

Refleksi akhir tahun 2018:

“Memperteguh komitmen kebangsaan di tahun politik”

Assalamu'alaikum wr. wb

Tahun 2018 akan segera berlalu dengan segala dinamikanya. Sepanjang tahun ini, sebagai baangsa, kita telah melewati banyak hal yang patut menjadi renungan sekaligus pelajaran untuk melangkah lebih baik di tahun-tahun mendatang. Ada duka karena musibah, ada bahagia karena keberhasilan mencapai apa yang telah direncanakan.

Di bidang ekonomi, kita layak memberi apresiasi atas keberhasilan  Pemerintahan Jokowi dalam menjaga pertumbuhan dan pemerataan  pembangunan. Berbagai proyek infrastruktur strategis terutama di luar jawa satu persatu demi satu sudah dapat dinikmati masyarakat, angka kemiskinan terus turun hingga 9, 82% atau terendah sepanjang sejarah indonesia, tingkat pengangguran terbuka dan ketimpangan pendapatan juga dapat ditekan. Apresiasi juga layak diberikan kepada pemerintah yang telah mengambil alih blok rokan dan blok mahakam dari kontraktor asing ke pertamina, serta menguasai 51,2% persen saham PT Freeport Indonesia melalui PT Inalum.

Secara  umum kesejahteraan masyarakat meningkat seiring dengan semakin baiknya pelayanan kesehatan, akses pemerintah menyelenggarakan tiga event berkelas dunia, yakni Asian Games 2018, Asian ParaGames 2018, dan IMF-Word Bank Annual Meetings di Bali.
Selain capaian positif diatas, kita menyaksikan bahwa perekonomian Indonesia sepanjang tahun 20q8 menghadapi gejolak dan tantangan yang tidak ringan akibat depresiasi nilai rupiah  serta turunnya harga sejumlah komoditas ekspor di tengah perang dagang AS Vs China. Sekalipun pemerintah bisa menekan angka kemiskinan hingga 9,82%, kesenjangan ekenomi tetap menjadi tantangan besar bangsa indonesia. Indeks GINI kita masih berkisar 0,39, Laporan Bank dunia 2015 menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya dinikmati 20persen  kelompok kaya, dan jika diperas lagi kekayaan itu menumpuk segelintir kecil orang-orang kaya. Majalah Forbes melansir 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2018 dengan total kekayaan  Rp1.870triliun. Di sisi lain ada lapisan besar masyarakat yang sulit mengakses pekerjaan dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Korupsi juga masih menjadi masalah akut, tercermin dalam banyaknya OTT yang dilakukan KPK terhadap kepala daerah, hakim, hingga anggota DPR-RI.

Di bidang keamanan kita bangga melihat profesionalisme dan soliditas TNI-Polri dalam melakukan arus mudik lebaran, menindak para prilaku teror bom di beberapa kota pada bulan Mei 2018, serta dalam melakukan pengamanan Pilakada di 171 daerah yang dilaksanakan serentak pada 27 Juni 2018. Meski sejumlah daerah ada gejolak akibat kasus Money politics dan penyelenggaraan Pilkada yang kurang profesional, secara umum Pilkada serentak 2018 berjalan dengan lancar dan aman.

Tahun 2018 disebut tahun politik karena selain ada pilkada di 171 daerah, juga sudah memasuki tahapan pemilu 2019 (Pileg dan Pilpres serentak). Praktis sepanjang tahun ini, energi sebagian besae masyarakat Indonesia terserap ke dalam atmosfir kampanye serta jargon politik para kandidat yang dijagokannya.
Kampanye pemilu semestinya merupakan wahana pendidikan politik, adu program berbasis data sebagai pertimbangan masyrakat untuk menentukan pilihan. Tapi faktanya sepanjang tahun politik ini, kita menyaksikan narasi kampanye dipenuhi ujaran kebencian, hoax, fitnah, kampanye hitam, dan perdebatan minim data. Narasi negatif itu tersebar secara masif melalui media sosial. Kita merasa risau dengan pernyataan beberapa tokoh politik yang mengibaratkan Pilpres 2019 sebagai Baratayudha, Armageddon, atau perang badar. Jargon dan kampanye politik bukan lagi bersifat adu program, tapi lebih menonjolkan politik identitas dan SARA.

Semua elemen bangsa, terutama generasi muda, harus memperteguh komitmen kebangsaan di tahun politik ini. Pemilu 2019 adalah kontestasi menuju Indonesia yang lebih baik, bukan memecah belah.

Dalam rangka itulah, DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) pada hari ini menyelenggarakan acara refleksi akhir tahun 2018 dengan tema: "Memperteguh Komitmen Kebangsaan di Tahun Politik", yang dihadiri oleh aktivis dan tokoh lintas generasi.

Sebelum kita memulai acara ini, mari kita menundukkan kepala sejenak untuk mendoakan saudara-saudara kita yang mengalami musibah akibat tsunami di Banten dan Lampung, serta musibah akibat bencana alam di berbagai daerah lainnya. Untuk para korban yang meninggal dunia kita doakan semoga husnul khotimah dan korban yang terluka semoga segera sehat kembali.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Salam Pancasila
Komentar Anda

Berita Terkini