-->
    |

Airlangga Hartarto, Pemilih Milenial dan Revolusi Industri Keempat


Berulang saya baca lagi berita yang unik itu. Pertama kali dalam sejarah manusia, sebuah robot sangat cerdas diresmikan menjadi warga negara (citizen) sebuah negara. Sophie nama robot itu. Arab Saudi yang memberinya status terhormat warga negara.

Robot wanita bernama Sophie itu berpidato di depan panel di Ryad Arab Saudi. Mungkin karena robot, ia tak memakai hijab selayaknya wanita warga negara umumnya di Arab Saudi.

Robot cerdas itu bercanda. Ketika panel ahli meminta pendapat bahwa robot berbahaya bagi kelangsungan species manusia asli: homo sapiens, ia tertawa. Sophie berkomentar santai kepada team ahli. Ujarnya, anda terlalu banyak menonton film holywood.

-000-

Menyimak Sophie, kita menyimak zaman baru.

Betapa peradaban sudah berubah. Kita memasuki revolusi industri keempat, yang bersandar pada artificial inteligence, robot, internet of things, virtual community, nano technology, 3D-printing, bio technology, Chripto currency, dan aneka istilah yang kita belum terlalu akrab.

Sayapun hilang dalam keasyikan eksplorasi dunia internet. Sungguh saya ingin tahu lebih jauh: seberapa dalam revolusi industri keempat menyentuh indonesia. Sampailah saya pada Airlangga Hartarto, menteri perindustrian dan kini ketua umum Golkar.

Berita 5 Maret 2018, Airlangga Hartarto menghadiri wisuda Universitas Muhammadiah Malang (UMM) ke -86. Tak banyak yang tahu, ternyata team robot universitas ini menang kontes internasional pada Conity College Fire Fighting Home Robot Contest di Amerika Serikat.

Putra putri Indonesia ternyata tak kalah soal robot. Bertanya saya dalam hati. Apakah tak lama lagi akan lahir Sophie, robot cerdas, ala Indonesia?

Dalam acara itu, Airlangga Hartarto hadir sebagai menteri industri. Ia singgung pula data yang mungkin belum banyak publik Indonesia sadar. Betapa sebagai negara industri, Indonesia kini masuk dalam rangking 10 besar tingkat dunia. Indonesia sejajar dengan Inggris dan Brazil, bahkan di atas Rusia. Sumbangan sektor industri kepada ekonomi nasional lebih dari 20 persen.

Airlangga Hartarto bahkan melangkah lebih jauh. Ia mencanangkan empat langkah strategis membawa Indonesia masuk ke dalam revolusi industri ke empat.

Pertama, IOI (Internet of things). Sebanyak mungkin indonesia perlu melibatkan industri agar terintegrasi dengan internet. Ini era yang semakin lama dunia terhubung dalam koneksi internet.

Tak hanya ada smart phone atau smart city, tapi juga smart labour. Semakin banyak pekerja yang mendaya gunakan fasilitas yang tersedia karena hadirnya peradaban internet.

Kementriannya menginisiasi pendidikan advokasi, sehingga tercipta link and match antara SMK dan industri. Ia menyiapkan tenaga kerja yang terampil, fasih dengan perkembangan baru, satu juta orang hingga 2019.

Kedua, tak hanya industri skala besar, bahkan industri skala kecil dan menengah (IKM) disiapkan masuk ke era itu. Kementriannya menyiapkan E-Smart IKM memperluas jaringan dan mempermudah IKM bahkan ke dunia ekspor.

Ketiga, ini era Big Data, Robot Otomatis, Cybersecurity, Cloud, Augmented Reality, dan aneka istilah teknologi super canggih lain. Teknologi ini bisa menghemat biaya produksi hingga 12-15 persen.

Yang istimewa, kehadiran teknologi tinggi tetap menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar (labour intensive). Itu sudah ditunjukan dalam usaha industri makanan dan minuman.

Keempat, memgembangkan tempat inkubasi bisnis, start up, dan technopark di beberapa wilayah Indonesia. Antara lain: Bandung Technopark, Tohpati Center (Denpasar), Incubator Business Center Semarang, Makasar Techno Park.

Aneka lokasi itu memfasilitasi dan mensimulasi lingkungannya. Siapapun yang tergerak dalam start up business, yang ingin memulai usaha, dan terhubung dengan revolusi indutri keempat dapat menggunakannya.

Lama saya merenungi empat strategi yang diperkenalkan Airlangga Hartarto. Jika berhasil, Airlangga tak hanya menjalankan kerja seorang menteri bagi pemerintahan Jokowi.

Airlangga memberikan efek lebih jauh. Ini adalah kerja peradaban. Airlangga akan dikenang ikut menumbuhkan dan menyebar benih revolusi indutri keempat ke dalam evolusi budaya Indonesia.

-000-

Adakah efek elektoral dari kerja ini? Demikianlah pertanyaan siapapun yang juga peka dengan pemilu legislatif dan pemilu presiden 2019. Apapun kerja besar di hari hari ini tetap akan dieksplor efek elektoralnya.

Tentu saja Airlangga mengerjakan empat strategi itu bukan dalam kapasitasnya sebagai ketua umum Golkar. Namun dalam opini publik, apapun yang melambungkan Airlangga, akan pula melambungkan lingkungannya. Sebaliknya, apapun yang menjatuhkan Airlangga, akan pula menjatuhkan lingkungannya.

Ini era generasi milenial. Para ahli mendefinisikan generasi ini untuk mereka yang tumbuh remaja dan dewasa ketika datangnya era digital. Batas tahun lahir generasi ini di tahun 1982.

Secara elektoral, ini usia pemilih dari 17 tahun hingga 37 tahun. Total jumlah mereka sekitar 40 persen dari total pemilih. Mereka adalah generasi yang peka teknologi tinggi. Dibanding generasi sebelumnya, mereka lebih antusias pada revolusi industri ke empat.

Ke depan, generasi ini akan dominan. Siapun yang bisa mengambil hati generasi ini akan menguasai pemilu Indonesia.

Menjawab pertanyaan itu, jika empat strategi Airlangga itu berhasil, tentu saja punya efek elektoral tak hanya pada Airlangga pribadi. Efeknya juga terasa pada Jokowi, bahkan Partai Golkar. Efek itu lebih terasa pada segmen pemilih milenial.

Tapi peradaban tak hanya soal pemilu. Membawa teknologi tinggi untuk memajukan bangsa, itu yang utama. Efek paling dalam dan lebih penting tentu tak hanya terbatas pada efek elektoral, tapi efek kesejahteraan publik dan kemajuan peradaban.

Selamat datang revolusi industri keempat. Teruslah membesar, walau beberapa wilayah Indonesia bahkan belum tuntas pula dengan revolusi industri yang pertama.

Oleh: Denny JA
Komentar Anda

Berita Terkini